Gambar : Makalah Terbaru Perubahan Sosial Budaya |
MAKALAH
SOSIOLOGI PERUBAHAN
SOSIAL BUDAYA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada
hakikatnya Perubahan adalah suatu keniscayaan. Dalam ilmu sosiologi, manusia
senantiasa melakukan perubahan-perubahan, baik disadari maupun tidak disadari. Karakter
“berubah” atau “perubahan” menjadikan manusia mampu mendesain kebudayaannya hingga
pada taraf yang dianggap tinggi. Kebudayaan tertinggi itulah yang disebut
peradaban. Dari kenyataan ini, tidak ada satupun kebudayaan dan perwujudan
kebudayaan yang bersifat statis (tidak mengalami perubahan).
Perubahan sosial sebenarnya lebih mengacu pada sebuah perubahan dalam proses tata sosial dalam masyarakat. Beberapa perubahan sosial ini termasuk juga perubahan dalam lingkungan, lembaga, perilaku dan juga hubungan sosial. Selain itu, perubahan sosial juga bisa mengacu pada gagasan untuk sebuah kemajuan sosial dan juga evolusi sosial dan budaya. Perubahan sosial sendiri biasanya dapat berlangsung dengan sangat cepat atau pun lambat dan umumnya sangat tidak bisa disadari oleh masyarakat dalam sebuah negara. Karena hanya beberapa orang yang mengetahuinya ketika orang tersebut mulai membandingkan kehidupan sosial di masa lalu dan masa saat ini. Perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat biasanya dapat terjadi masyarakat itu sendiri menginginkan sebuah perubahan.
Menurut
para ahli sosiologi dan antropologi antara lain :
John
Lewin Gillin dan John Phillip Gillin
Perubahan
sosial adalah suatu variasi dari cara-cara
hidup yang diterima yang disebabkan oleh perubahan-perubahan kondisi geografis,
kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena difusi dan
penemuan baru dalam masyarakat.
Samuel
Koening
Perubahan
sosial menunjukkan pada
modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.
Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab internal maupun
eksternal.
Koentjaraningrat
Kebudayaan
merupakan keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan
belajar, serta keseluruhan hasil budi dan karya tersebut.
Kebudayaan
memiliki tiga wujud yaitu :
·
Ide-ide, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang abstrak.
·
Kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat (sistem
sosial).
·
Benda-benda hasil karya manusia yang berupa fisik.
Selo
Soemardjan
Perubahan
pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi
sistem sosialnya, termasuk didalam nilai-nilai, sikap dan pola perilaku
diantara kelompok–kelompok dalam masyarakat.
Hubungan
Perubahan sosial dengan perubahan kebudayaan yang menyangkut perubahan
masyarakat dan kebudayaannya, seringkali kesulitan memisahkan antara Perubahan
sosial dengan perubahan budaya. Sebab tidak ada masyarakat yang tidak
mempunyai kebudayaan dan sebaliknya. Perubahan sosial dan budaya
mempunyai satu aspek yang sama. Dari bentuk perubahan dibedakan dari segi Perubahan
sosial lambat dan cepat, Perubahan sosial kecil dan Perubahan
sosial direncanakan dan tidak direncanakan.
Banyak
faktor yang bisa menyebabkan terjadinya proses perubahan sosialisasi dari
perubahan jumlah penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan masyarakat,
pemberontakan dan reformasi. Modernisasi bisa merubah dari masa pra modern
menuju masa modern. Modernisasi mencakup proses sosial budaya yang ruang
lingkupnya sangat luas sehingga batas-batasnya tidak bisa ditetapkan secara
mutlak. Kita kemudian menyebutnya “Globalisasi”.
Sementara
globalisasi sebagai suatu tatanan mendunia yang tercipta akibat adanya kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, sehingga unsur-unsur budaya suatu kelompok
masyarakat bisa dikenal dan diterima oleh kelompok masyarakat lainnya.
Yang
menjadi pertanyaan kemudian adalah mengapa muncul adanya pertukaran unsur-unsur
budaya? Jika ditelisik dari sisi sosiologis, globalisasi ini mengakibatkan
dampak-dampak yang besar bagi masyarakat. Hal ini merupakan tantangan bagi
bangsa Indonesia untuk dapat menyikapi secara bijaksana. Globalisasi merupakan
suatu gejala terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi yang mengikuti
sistem nilai dan kaidah yang sama antara masyarakat di seluruh dunia karena
adanya kemajuan transportasi dan komunikasi sehingga memperlancar interaksi
antar warga dunia. Selain proses modernisasi dan globalisasi, ada juga proses
yang disebut reformasi, proses dimana perbaikan atau penataan ulang terhadap
faktor rehabilitasi yang terdapat pada masyarakat. Dengan kemajuan teknologi
dan komunikasi yang bisa merubah semuanya untuk lebih baik dan terarah. Dan
didasarkan pada perencanaan pada proses disorganisasi, problem, konflik antar
kelompok dan hambatan-hambatan terhadap perubahan.
Anggapan
bahwa mayoritas masyarakat hanya meniru pada masyarakat atau negara lain yang
sudah modern. Ini menunjukkan, seharusnya negara modern menolong mereka melalui
social engineering baik secara langsung maupun tidak langsung, merupakan
bagian dari perkembangan masyarakat dengan modernisasi dan globalisasi yang
dapat merubah untuk menjadi lebih baik dan maju.
Itulah
yang melatarbelakangi sehingga kemudian Penulis mencoba membuat Makalah
Sosiologi tentang PERUBAHAN SOSIAL
BUDAYA.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa faktor-faktor yang mempengaruhi Perubahan sosial budaya di
masyarakat ?
2.
Bagaimana Pengaruh Perubahan sosial budaya
terhadap perkembangan masyarakat?
3.
Bagaimana pengaruh modernisasi dan globalisasi terhadap perkembangan tentang
pengetahuan dan teknologi yang kemudian memicu terjadinya Perubahan Sosial
Budaya?
C.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami Perubahan sosial budaya pada
perkembangan masyarakat Indonesia untuk menghadapi modernisasi dan globalisasi
dengan mengetahui :
1.
Dampak Perubahan sosial budaya
pada modernisasi dan globalisasi.
2.
Perkembangan masyarakat dengan adanya kemajuan teknologi.
3. Manfaat dari modernisasi dan
globalisasi di masyarakat.
Manfaat
penulisan makalah ini adalah untuk kepentingan praktis, yaitu
sebagai referensi untuk membantu pengambilan keputusan bagi pembuat
kebijakan tentang Perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat
Indonesia sehingga bisa dilakukan langkah-langkah agar Perubahan sosial budaya
yang diharapkan bisa dilakukan dan dilaksanakan terutama pada perkembangan
masyarakat.
Dan
manfaat penulisan makalah ini untuk kepentingan teoritis, yaitu bisa menjadi
masukan dalam kajian ilmiah tentang Perubahan sosial budaya yang terjadi
dalam masyarakat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Proses Perubahan Sosial dan Budaya
Perubahan
sosial dan budaya dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kebudayaan terdiri dari
faktor yang mendorong dan faktor yang menghambat terjadinya Perubahan sosial
budaya seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Faktor-faktor itu
bisa berasal dari dalam maupun dari luar masyarakat. Berikut diuraikan
faktor-faktor yang mempengaruhi Perubahan sosial budaya.
Diantara
berbagai faktor yang mendorong terjadinya Perubahan sosial budaya :
1.Kontak
dengan kebudayaan lain. Masyarakat yang sering melakukan kontak dengan
kebudayaan lain akan mengalami perubahan yang cepat. Kontak dengan kebudayaan
lain ini berhubungan dengan difusi, yaitu proses penyebaran unsur-unsur
kebudayaan dari individu ke individu lain atau dari satu masyarakat ke masyarakat
lain.
2.Sistem
pendidikan formal yang maju. Pada jaman modern sekolah semakin memegang
peran penting dalam melakukan perubahan-perubahan pada para murid yang juga
merupakan anggota masyarakat secara keseluruhan. Melalui pendidikan, seseorang
diajarkan berbagai kemampuan dan nilai-nilai yang berguna bagi manusia,
terutama untuk membuka pikirannya terhadap hal-hal baru.
3.Toleransi.
Perubahan sosial budaya yang cepat akan terjadi pada masyarakat yang sangat
toleran terhadap perbuatan atau masyarakat yang berperilaku menyimpang, baik
yang positif maupun negatif, dengan catatan bukan merupakan pelanggaran hukum.
Masyarakat yang memiliki toleransi cenderung lebih mudah menerima hal-hal yang
baru.
4.Sistem
stratifikasi terbuka. Sistem pelapisan sosial terbuka pada masyarakat akan
memberikan peluang sebesar-besarnya kepada individu untuk naik ke kelas sosial
yang lebih tinggi melalui berbagai usaha yang diperbolehkan oleh kebudayaannya.
5.Penduduk
yang heterogen. Pada masyarakat yang heterogen atau masyarakat yang
berbasis latar belakang kebudayaan, ras, dan ideologi yang beragam akan
mudah mengalami pertentangan-pertentangan yang mengundang perubahan. Keadaan
ini akan mendorong terjadinya perubahan dalam masyarakat.
6.Ketidakpuasan
masyarakat terhadap berbagai bidang kehidupan. Ketidakpuasan ini, baik
dalam sistem kemasyarakatan, ekonomi, politik, dan keamanan, akan mendorong
masyarakat melakukan perubahan sistem yang ada dengan cara menciptakan sistem
baru agar sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya.
7.Orientasi
ke masa depan. Umumnya masyarakat beranggapan bahwa masa yang akan datang
berbeda dengan masa sekarang, sehingga mereka berusaha menyesuaikan diri, baik
yang sesuai dengan keinginannya, maupun keadaan yang buruk sekalipun. Untuk
itu, perubahan-perubahan harus dilakukan agar dapat menerima masa depan.
8.Pandangan
bahwa manusia harus senantiasa berusaha untuk memperbaiki hidupnya.
Terdapat suatu ajaran atau keyakinan di masyarakat yang menyebutkan bahwa yang
dapat mengubah atau memperbaiki keadaan nasib manusia adalah manusia itu
sendiri, dengan bimbingan Tuhan. Jika seseorang ingin berubah niscaya ia
harus berusaha. Usaha ini ke arah penemuan-penemuan baru dalam bentuk cara-cara
hidup atau pun pola interaksi di masyarakat.
Selain
dari itu faktor-faktor yang bisa menghambat perkembangan di masyarakat dari Perubahan
sosial budaya diantaranya :
1.Kurang
berhubungan dengan masyarakat lain. Masyarakat yang kurang memiliki
hubungan dengan masyarakat lain umumnya adalah masyarakat terasing atau
terpencil. Dengan keadaan seperti ini, mereka tidak mengetahui
perkembangan-perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain.
2.Perkembangan
ilmu pengetahuan yang terlambat. Keterlambatan perkembangan ilmu
pengetahuan di suatu kelompok masyarakat dapat disebabkan karena masyarakat
tersebut berada di wilayah yang terasing, sengaja mengasingkan diri atau lama
dikuasai (dijajah) oleh bangsa lain sehingga mendapat pembatasan-pembatasan
dalam segala bidang.
3.Sikap
masyarakat yang sangat tradisional. Suatu sikap yang mengagung-agungkan
tradisi lama serta anggapan bahwa tradisi tidak dapat diubah akan sangat
menghambat jalannya proses perubahan, keadaan tersebut akan menjadi lebih parah
apabila masyarakat yang bersangkutan dikuasai oleh golongan konservatif.
4.Adanya
kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat. Dalam suatu masyarakat,
selalu terdapat kelompok-kelompok yang menikmati kedudukan tertentu. Biasanya,
dari kedudukan itu mereka mendapatkan keuntungan-keuntungan tertentu dan
hak-hak istimewa.
5.Rasa
takut akan terjadi kegoyahan pada integrasi sosial yang telah ada.
Integrasi sosial mempunyai derajat yang berbeda. Unsur-unsur luar dikhawatirkan
akan menggoyahkan integrasi sosial dan menyebabkan perubahan-perubahan pada
aspek tertentu dalam masyarakat.
6.Hambatan-hambatan
yang bersifat ideologis. Di dalam masyarakat menganggap pandangan hidup
atau keyakinan yang telah menjadi ideologi dan dasar integrasi mereka dalam
waktu lama dapat terancam oleh setiap usaha perubahan unsur-unsur kebudayaan.
7.Prasangka
pada hal-hal baru atau asing (sikap tertutup). Prasangka seperti ini
umumnya terdapat pada masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa-bangsa asing,
mereka menjadi sangat curiga terhadap hal-hal yang datang dari luar sebab
memiliki pengalaman pahit sebagai bangsa yang pernah dijajah, umumnya
unsur-unsur baru yang masuk berasal dari dunia barat.
8.Adat
istiadat (kebiasaan). Adat istiadat atau kebiasaan merupakan pola perilaku
anggota masyarakat dalam memenuhi semua kebutuhan pokoknya. Jika kemudian
pola-pola perilaku tidak lagi efektif memenuhi kebutuhan pokok, maka akan
muncul krisis adat atau kebiasaan, yang mencakup bidang kepercayaan, sistem
pencaharian, pembuatan rumah dan cara berpakaian.
B.
Perubahan sosial dan Budaya terhadap perkembangan masyarakat.
Kebudayaan
merupakan suatu sistem. Artinya, bagian-bagian dari kebudh itu saling berkaitan
satu dengan lainnya. Perubahan satu unsur kebudayaan akan mempengaruhi
unsur-unsur yang lainnya. Hal ini bisa kita lihat contohnya ketika program
listrik masuk desa mula-mula dijalankan. Masuknya listrik ke pedesaan yang
sebelumnya tidak ada listrik, membawa perubahan besar dalam kehidupan penduduk
desa yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani atau pengrajin
tradisional. Perubahan itu begitu terasa pada peningkatan beragam kebutuhan
akan barang-barang elektronik (radio, televisi, kulkas).
Dengan
memiliki perangkat elektronik tersebut, pola hidup mereka mengalami perubahan.
Waktu tidur berubah menjadi semakin larut, pranata-pranata hiburan juga ikut
mengalami perubahan. Ikatan-ikatan sosial masyarakat desa menjadi semakin
mengendur, karena mereka lebih banyak menghabiskan waktunya di depan pesawat
televisi dibandingkan dahulu yang lebih banyak berinteraksi di luar dengan
sesama warga. Pertunjukan seni tradisional lebih banyak ditonton di televisi
dari pada melalui pertunjukan langsung di panggung-panggung. Selain itu juga,
dengan adanya penerangan lampu. Dari kenyataan ini, perubahan-perubahan lainnya
akan semakin terbuka dan berlangsung secara beruntun.
Menurut
Gillin dan Koenig, perubahan kebudayaan disebabkan oleh beberapa faktor
internal maupun eksternal sebagai berikut :
a.
Faktor-faktor internal antara lain :
·
Adanya kejenuhan atau ketidakpuasan individu terhadap sistem nilai yang berlaku
di masyarakat.
·
Adanya individu yang menyimpang dari sistem sosial yang berlaku. Apabila hal
ini dibiarkan, maka akan diikuti oleh individu-individu lainnya sehingga
mendorong perubahan.
·
Adanya perubahan dalam jumlah dan komposisi penduduk. Pertumbuhan penduduk akan
menyebabkan terjadinya perubahan unsur penduduk lainnya, seperti rasio jenis
kelamin dan beban tanggungan hidup. Banyaknya pendatang dari etnis dan budaya
lain juga akan merubah struktur sosial karena penduduk menjadi lebih heterogen.
b.Faktor-faktor
eksternal antara lain :
·
Bencana alam antara lain gunung meletus, banjir, gempa bumi, atau tsunami.
Bencana alam dapat menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan fisik sehingga
menuntut manusia melakukan adaptasi terhadap lingkungan yang telah berubah
tersebut. Biasanya untuk bertahan ataupun mengalami suatu bencana alam, manusia
terkadang terlupa atau mungkin terpaksa melanggar nilai-nilai dan norma sosial
yang telah ada. Hal ini dilakukan semata-mata untuk tetap bertahan dalam
menghadapi perubahan lingkungan akibat bencana alam tersebut.
·
Peperangan selalu berdampak pada tingginya angka kematian, rusaknya berbagai
sarana dan prasarana kebutuhan hidup sehari-hari, terjadinya kekacauan ekonomi
dan sosial, serta tergoncangnya mental penduduk sehingga merasa frustasi dan
tidak berdaya. Dalam kenyataan yang lebih memprihatinkan, peperangan seringkali
diakhiri dengan penaklukan yang diikuti pemaksaan ideologi dan kebudayaan oleh
pihak atau negara yang menang. Semua ini akan mengubah kehidupan masyarakat dan
kebudayaannya.
·
Kontak dengan masyarakat lain yang berbeda kebudayaannya. Kontak dapat terjadi
antar etnis di dalam suatu kawasan atau yang berasal dari tempat yang
berjauhan. Interaksi antara orang atau kelompok yang berbeda etnis dan
kebudayaan yang tinggi akan memperluas pengetahuan dan wawasan tentang budaya
masing-masing, sehingga dapat menimbulkan sikap toleransi dan penyesuaian diri
terhadap budaya lain tersebut. Sikap toleransi dan penyesuaian diri ini pada
akhirnya akan mendorong terjadinya perubahan kebudayaan.
C.
Pengaruh Globalisasi Terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Globalisasi
memiliki pengaruh yang positif, yaitu membawa kemajuan, kesejahteraan, dan
keselamatan bangsa dan negara. Namun globalisasi juga membawa pengaruh negatif,
seperti adanya budaya hedonisme, pendewaan pikiran nasionalisme, ilmu dan
teknologi, sekularisme, dan tipisnya iman.
Kita
menyadari bahwa pengaruh globalisasi tidak mungkin dapat dihindari, kecuali
kita dengan sengaja menghindari interaksi dan komunikasi dengan pihak
yang lain. Ketika seseorang masih membaca surat kabar, menonton televisi, atau
menggunakan alat lainnya, terlebih lagi dengan menggunakan internet, ia tetap
akan terperangkap dalam proses dan model pergaulan global.
Dalam
era globalisasi telah terjadi pertemuan dan gesekan nilai-nilai budaya dan
agama di seluruh dunia yang memanfaatkan jasa telekomunikasi, transformasi dan
informasi sebagai hasil dari modernisasi teknologi. Pertemuan dan gesekan
tersebut akan menghasilkan kompetisi liar yang berarti saling mempengaruhi dan
dipengaruhi, saling bertentangan dan bertabrakannya nilai-nilai yang berbeda
yang berakhir dengan kalah atau menang, saling bekerja sama yang akan
menghasilkan sintesa dan antitesa baru.
Pengertian
globalisasi dapat dibedakan atas dua hal yaitu :
1)
Sebagai Alat
Globalisasi
merupakan wujud keberhasilan ilmu dan teknologi, terutama di bidang komunikasi.
Globalisasi sebagai alat juga mengandung hal-hal yang positif apabila dipergunakan
untuk tujuan yang baik. Namun hal tersebut juga dapat mengandung hal-hal
negatif bila dipergunakan untuk tujuan yang tidak baik. Jadi tergantung siapa
yang menggunakan dan apa tujuannya.
2)
Sebagai Ideologi
Globalisasi
sebagai ideologi berarti sudah mempunyai arti tersendiri dan netralitasnya
sangat sedikit. Globalisasi sebagai ideologi pasti memihak suatu kepentingan
sehingga akan menimbulkan akibat, baik yang setuju maupun yang tidak setuju.
Disinilah timbulnya benturan dan pertentangan.
a)Ancaman
Dengan
alat komunikasi seperti TV, parabola, telepon, VCD, DVD, dan internet, kita
dapat berhubungan dengan dunia luar. Dengan parabola atau internet, kita dapat
menyaksikan hiburan porno dari kamar tidur. Kita dapat terpengaruh oleh segala
macam bentuk yang sangat konsumtif. Anak-anak kita dapat terpengaruh oleh
segala macam film kartun dan film-film yang seharusnya tidak dilihat. Kita pun
dapat dengan mudah terpengaruh oleh gaya hidup seperti yang terjadi di
sinetron-sinetron kita (terutama sekali yang bertemakan keluarga) yang lebih
dari 90% menebar nilai-nilai negatif dengan ukuran keberagaman dari setiap
agama. Meskipun harus disadari pula bahwa televisi juga banyak menayangkan
program-program pengajian, ceramah, diskusi, dan berita yang mengandung nilai
positif bahkan agamis. Adegan kekerasan (violence) akan lebih berkesan
di benak anak-anak dibandingkan dengan petuah agama.
b)
Tantangan
Pengaruh
globalisasi yang memberikan nilai-nilai positif wajib kita serap, terutama yang
tidak menyebabkan benturan dengan budaya kita, misalnya disiplin, kerja keras,
menghargai orang lain, rasa kemanusiaan, demokrasi dan kejujuran. Kita wajib
menyaring yang baik dan sesuai dengan kepribadian dan moral bangsa kita terima,
sebaliknya yang buruk kita tolak.
D.
Aspek-aspek Positif dan Negatif dari Globalisasi
Pengaruh
globalisasi harus kita hadapi dan direspons. Ada tiga sikap dalam merespons
globalisasi.
1.Respons
dengan sikap anti modernisasi atau anti barat. Kita menolak semua pengaruh
barat. Bahkan ada pandangan ekstrem yang menganggap kebudayaan barat sebagai
musuh.
2.Respons
yang menjadikan kebudayaan barat menjadi kiblat dan “role model” untuk
masa depan, bahkan menjadikannya way of life mereka.
3.Respons
yang bersikap selektif, artinya tidak secara otomatis menerima atau menolak
kebudayaan barat, mereka dapat menerima kebudayaan barat selama tidak harus
mengorbankan agama, kepribadian, dan kebudayaan yang ada. Sebaliknya mereka
akan menolak kebudayaan barat yang tidak sesuai dengan kebudayaan yang dimiliki.
Berdasarkan
hal tersebut, akhirnya kita dapat menentukan sikap sebagai berikut :
a.
Aspek-aspek positif yang diterima
1)
Di bidang sosial budaya
Perkembangan
yang demikian cepat dalam ilmu dan teknologi, terutama di bidang komunikasi,
transportasi, dan informasi akan dapat menebus batas-batas wilayah, budaya dan
waktu. Di era globalisasi ini berarti terjadi pertemuan dan gesekan nilai-nilai
sosial budaya. Melalui proses seleksi nilai-nilai sosial budaya yang positif
wajib kita terima, seperti kerja keras, disiplin, kejujuran, penghargaan
terhadap karya atau kerja orang lain, optimistis, kemandirian, kesungguhan,
tanggung jawab, law enforcement, ketaatan terhadap aturan, dan
nilai-nilai agama. Nilai-nilai yang diterima akan diserap sehingga memperkaya
budaya kita.
2)
Di bidang ilmu dan teknologi
Kita
menyadari bahwa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi masih tertinggal jauh
dari negara-negara yang telah maju. Justru era globalisasi ini merupakan
peluang baik untuk dapat menyerap ilmu dan teknologi, sehingga kita akan dapat
bersaing (berkompetisi) dalam menghasilkan barang-barang yang berkualitas
dengan harga murah.
3)
Di bidang mental
Sikap
mental seperti pasrah, menyerah, ketergantungan, kongkow-kongkow, dan
santai wajib kita ubah menjadi sikap kerja keras, disiplin dalam segala hal,
serta menghargai dan menggunakan waktu sebaik-baiknya.
Hal
tersebut merupakan kunci kemajuan dan keberhasilan dalam pembangunan bangsa,
bangsa yang maju pasti mempunyai sikap mental tersebut. Sebagai contoh negara
Jepang, Korea, Hongkong, dan Singapura.
4)
Di Bidang Ekonomi
Kompetisi
atau persaingan bebas adalah kunci, seperti AFTA (Asean Free Trade Agreement)
atau perjanjian kawasan perdagangan bebas ASEAN yang berlaku di tahun 2003 dan
APEC (Asian Pacific Economy Cooperation) atau kerja sama ekonomi Asia Pasifik
yang berlaku di tahun 2020. Lalu timbul pertanyaan : sudah siapkah kita
menghadapi era liberalisme perdagangan tersebut ? jika sudah, berarti kita akan
tetap survive (hidup) akan dicukupi dari produksi luar negeri. Akibatnya bangsa
kita akan tergantung sepenuhnya pada bangsa kita.
5)
Di Bidang Ideologi (politik)
Salah
satu konsekuensi dari era globalisasi adalah keharusan untuk berhubungan dengan
bangsa lain. Kita akan dihadapkan dengan berbagai ideologi bangsa lain, seperti
separatisme. Oleh sebab itu, harus mempunyai ketahanan ideologi dan kesaktian
Pancasila melalui sejarah. Pancasila merupakan ideologi nasional, pandangan
hidup bangsa (falsafah bangsa), dan dasar negara yang harus dipertahankan.
Sejarah telah membuktikan bahwa menyimpang dari Pancasila akan membawa bencana
bagi bangsa dan negara, seperti pada tahun 1949 – 1959 (masa liberalisme) dan
pada tahun 1959 – 1965 (masa demorasi terpimpin).
6)
Di bidang Pertahanan dan Keamanan
Persatuan
dan kesatuan akan membawa kejayaan bangsa, sebaliknya perpecahan akan membawa
kehancuran terhadap negara ini. Persatuan dan kesatuan akan membawa rasa aman,
damai, tentram dan sejahtera. Banyak faktor di era globalisasi yang akan
menimbulkan benturan dan gesekan dengan budaya lain, seperti individualistis,
sekularisme, dan gaya hidup serba bebas (dalam arti negatif). Oleh sebab itu
kita harus waspada, kita harus dapat mengatasi setiap hambatan, ancaman,
gangguan, dan tantangan.
b.Aspek-aspek
Negatif yang wajib ditolak
Kita
telah masuk pada era globalisasi, dimana dunia seolah-olah tidak memiliki lagi
batas-batas wilayah, waktu dan budaya. Apa yang terjadi di sana, terjadi juga
di sini dalam waktu yang sama dan tidak ada sensor. Kita dihadapkan pada suatu
pilihan, menerima atau menolak. Dalam menentukan pilihan wajib mempunyai filter
(penyaring), yaitu agama (iman), Pancasila, norma-norma budaya, dan kepribadian
bangsa. Apabila tidak, maka nilai-nilai kemaksiatan akan masuk dan merusak
bangsa kita.
1)
Di bidang sosial budaya
Dalam
era globalisasi pergesekan dan saling mempengaruhi antar nilai budaya tidak
mungkin dihindari. Apabila kita bertahan, maka akan menimbulkan sikap isolasi,
ketertutupan, eksklusif, dan inferior (rasa rendah diri). Tetapi apabila kita
berperan aktif berarti akan menghasilkan keterbukaan dan rasa lebih. Paling
tidak kita dapat bersikap akomodatif terhadap hal-hal yang masih bisa
ditolerir.
Kita
harus waspada karena imperialisme budaya jauh lebih berbahaya, akibat prosesnya
yang lama dan apabila sudah termakan akan menghilangkan nilai-nilai dan
identitas bangsa.
2)
Di bidang ilmu dan teknologi
Kita
menyadari ilmu dan teknologi dari dunia barat memang lebih maju daripada yang
kita miliki. Namun kita harus selektif, apakah ilmu dan teknologi itu sesuai
dengan norma-norma, kondisi, dan situasi bangsa kita. Misalnya apakah
penerapannya akan berdampak negatif terhadap lingkungan dan menimbulkan
pengangguran? Semua itu perlu pengkajian lebih lanjut.
3)
Di bidang mental
Gaya
hidup kebarat-baratan wajib kita tolak, meskipun dikatakan “modern”, seperti
pengaruh model pakaian, rambut, makanan, dan minuman tanpa memperhatikan yang
halal atau yang haram.
4)
Di bidang ekonomi
Salah
satu ciri era globalisasi adalah adanya kompetisi (persaingan) secara sehat,
artinya berdasarkan peraturan yang berlaku. Kompetisi dapat berlaku dalam
kualitas, harga (murah), dan pelayanan (cepat, tepat, dan sopan). Dengan
kompetisi akan terjadi pengelompokan perusahaan, yang kuat dan baik tetap hidup,
yang lemah dan tidak baik akan mati (gulung tikar). Terjadilah kesenjangan
ekonomi dan sosial yang semakin lebar dan dalam, sehingga sistem ekonomi dan
sosial berdasarkan UUD 1945 Pasal 33 tidak mungkin tercapai. Pertanyaan adalah
kemana perekonomian Indonesia akan dibawa dan oleh siapa?
5)
Di bidang ideologi politik
pergeseran
akan terjadi di bidang ideologi (politik) dalam era globalisasi, karena
maraknya paham-paham lain masuk ke bumi Indonesia, seperti liberalisme,
komunisme, sekularisme, individualisme, egoisme, dan sebagainya. Semua ideologi
asing tersebut tentu bertentangan dengan ideologi Pancasila yang berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa, kekeluargaan, gotong royong, musyawarah untuk mufakat,
dan lain sebagainya.
6)
Di bidang pertahanan dan keamanan
Era
globalisasi juga membawa budaya kekerasan dan tindakan kejahatan yang makin
meningkat, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, sehingga pendidikan
agama perlu kita tingkatkan pula. Pendidikan agama bukan hanya dalam segi
pengetahuan, tetapi lebih menekankan pada pengalaman yang dimulai sejak sedini
mungkin.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.Globalisasi
merupakan suatu tatanan mendunia yang tercipta akibat adanya kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi, sehingga unsur-unsur budaya suatu kelompok masyarakat
bisa dikenal dan diterima oleh kelompok masyarakat lainnya.
2.Globalisasi
diambil dari kata globe, yang berarti bola dunia. Globalisasi merupakan
suatu gejala terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi yang mengikuti
sistem nilai dan kaidah yang sama antara masyarakat di seluruh dunia karena
adanya kemajuan transportasi memperlancar interaksi antar warga dunia.
3.Pengaruh
globalisasi yang memberi nilai-nilai positif wajib kita serap, terutama yang
tidak menyebabkan benturan dengan budaya kita, misalnya disiplin, kerja keras,
menghargai orang lain, rasa kemanusiaan, demokrasi.
4.Tidak
semuanya pengaruh globalisasi dan modernisasi membawa keburukan tetapi juga ada
sisi praktis yang bisa diambil dari itu.
B.
Saran
Penulis berharap adanya kritik dan masukan yang konstruktif sesuai yang kita harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
· Azizy, A. Qodri, MA. 2003. Melawan
Globalisasi – Reinterpretasi Ajaran Islam. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
· Mu’in, Idianto. 2005. Sosiologi
Jilid III. Jakarta : PT. Erlangga.
· Samsudin. 2006. Kewarganegaraan.
Surakarta : PT. Widya Duta Grafika.
· Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi
: Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo.
· Susanto, Phil, Astrid. 1978. Pengantar
Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung : Bina Cipta.